Kamis, 12 Januari 2012

Mandi-Mandi di Bakkat Binuang


Mandi-Mandi di Bakkat Binuang

            Kecamatan Sikakap memiliki banyak obyek wisata, salah satunya Bakat Binuang yang terkenal dengan keindahan pantai dan terumbu karangnya. Sekitar 10 menit dari Dusun Sikakap Timur, Desa Sikakap, dengan speed boat 15 Pk yang perahunya terbuat dari kayu balok sampailah saya dan teman-teman waktu masih SMA di obyek wisata Bakkat Binuang pada pukul 15.05 wib sore. Sesampai di sana rupanya sudah banyak wisatawan lokal yang sedang menikmati indahnya objek wisata tersebut. Objek wisata Bakkat Binuang terdapat di Desa Sikakap Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai. Obyek wisata Bakkat Binuang biasa dikatakan pulau pemisah antara Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.
            Obyek wisata Bakat Binuang dikelilingi air laut berwarna biru dan ditaburi dengan kerikil kerikil putih serta pasir putih kehitam-hitaman menambah uniknya pantai tersebut. Obyek wisata Bakkat Binuang bertambah indah dengan banyaknya terumbu karang yang apabila pasang air laut surut mencapai 1 meter saja semua permukaan terumbu karang nampak jelas terlihat berwarna biru kecoklat-coklatan dengan permukaan semua terumbu karang sama tinggi. Bagi wisatawan lokal yang ingin mandi-mandi atau bermain dengan air laut ada tempat khusus yang luasnya hanya sekitar 100 meter, kalau lewat dari tempat tersebut tidak bisa lagi digunakan untuk tempat mandi, karena dipenuhi dengan terumbu karang, di lokasi tempat mandi-mandi dengan kedalaman permukaan air laut hanya  sebatas pinggang orang dewasa, sehingga pengunjung yang ingin menikmati mandi air laut manjadi aman dan nyaman, walaupun air laut berwarna biru para pengunjung tak ragu-ragu membawa anak-anak mereka untuk mandi bahkan ada di antara pengunjung yang membawa anak usianya masih di bawah  5 tahun.
            Selain sebagai obyek wisata Bakat Binuang juga bisa dikatakan sebagai monumen Selamat Datang di Desa Sikakap, di mana setiap kapal yang ingin masuk ke Desa Sikakap pasti terlebih dahulu melewati Bakat Binuang yang terletak di pintu masuk Desa Sikakap. Bakat Binuang menjadi salah satu tempat masyarakat Desa Sikakap pergi berlibur baik hari Minggu, hari raya dan hari Natal untuk menikmati indahnya suasana air laut, tapi bagi pengunjung yang ingin pergi ke Bakat Binuang harus mengeluarkan kocek lebih besar karena bagi pengunjung yang tidak memiliki speed boat terpaksa mencarter. Dengan harga Rp 50.000 pengunjung sudah bisa menikmati objek wisata Bakkat Binuang dengan sepuas-puasnya. Tapi sayang objek wisata Bakat Binuang belum begitu terawat dengan baik, di mana pengunjung hanya menjadikan akar pohon ketaping yang muncul kepermukaan tanah sebagai tempat duduk-duduk, atau membentangkan tikar di atas kerikil-kerikil putih yang banyak terdapat di objek wisata Bakkat Binuang,
            Di obyek wisata Bakkat Binuang pengunjung yang ingin melakukan loncat indah, bisa melakukannya karena ada satu buah pohon ketaping  yang condong ke permukaan air laut dengan kemiringan mencapai 45 derajat, dengan ketinggian 10 meter dari permukaan air laut, di tempat itu kedalaman air laut  mencapai kedalaman 15 meter, sehingga penerjun tidak merasa ragu-ragu lagi membuat gayanya sendiri. Konon ceritanya Bakkat Binuang berasal dari sebuah nama pohon besar terdapat di Bakkat Binuang yang lingkarannya mencapai mencapai 100 meter dengan ketinggian mencapai 5.000 meter. Di atas pohon tersebut hiduplah seekor burung garuda yang  setiap bulan mencari korban manusia, yang banyak jadi korban waktu itu masyarakat daratan Pariaman. Melihat hal tersebut Anggun Nan Tongga Magek Jabang, pemuda sakti dari Pariaman berusaha mencari sarang burung garuda tersebut, dengan mengunakan pincalang atau sering disebut sekarang sampan. Sampailah Nan Tongga ke Pulau Pagai di mana pada waktu itu Pulau Pagai utara dan pulau Pagai Selatan masih bersatu.
            Singkat cerita pohon itu ditebangnya. Setelah melakukan penebangan selama satu minggu maka batang kayu Bakkat Binuang dapat ditebang, karena impitan kayu tersebut terbentuklah selat yang disebut sekarang Selat Sikakap, maka terpisahlah Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan, Ada juga yang mengatakan batang pohon tersebut ditebang oleh Awang warga Muko-Muko Bengkulu, bahkan ada juga yang mengatakan seorang warga Tiongkok Cina yang berhasil menebang kayu tersebut, tapi yang mana yang betul ceritanya sampai sekarang tidak jelas sama sekali. (Andreas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar