Mandi-Mandi di Bakkat
Binuang
Kecamatan
Sikakap memiliki banyak obyek wisata, salah satunya Bakat Binuang yang terkenal
dengan keindahan pantai dan terumbu karangnya. Sekitar 10 menit dari Dusun Sikakap Timur, Desa Sikakap, dengan
speed boat 15
Pk yang perahunya terbuat dari kayu balok sampailah saya dan teman-teman waktu masih SMA di obyek wisata
Bakkat Binuang pada pukul 15.05 wib sore. Sesampai di sana rupanya sudah banyak wisatawan lokal
yang sedang menikmati indahnya objek wisata tersebut. Objek wisata Bakkat Binuang
terdapat di Desa Sikakap Kecamatan
Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai. Obyek wisata Bakkat Binuang biasa dikatakan pulau pemisah
antara Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.
Obyek
wisata Bakat Binuang dikelilingi air laut berwarna biru dan ditaburi dengan
kerikil kerikil putih serta
pasir putih kehitam-hitaman menambah uniknya pantai tersebut. Obyek wisata Bakkat Binuang
bertambah indah dengan banyaknya terumbu karang yang apabila pasang air laut
surut mencapai 1 meter saja semua permukaan terumbu karang nampak jelas
terlihat berwarna biru kecoklat-coklatan dengan permukaan semua terumbu karang
sama tinggi. Bagi
wisatawan lokal yang ingin mandi-mandi atau bermain dengan air laut ada tempat khusus yang
luasnya hanya sekitar 100 meter, kalau lewat dari tempat tersebut tidak bisa
lagi digunakan untuk tempat mandi, karena dipenuhi dengan terumbu karang, di
lokasi tempat mandi-mandi
dengan kedalaman permukaan air laut hanya
sebatas pinggang orang dewasa, sehingga pengunjung yang ingin menikmati
mandi air laut manjadi aman dan nyaman, walaupun air laut berwarna biru para
pengunjung tak ragu-ragu
membawa anak-anak mereka untuk mandi bahkan ada di
antara pengunjung yang membawa anak usianya
masih di bawah 5 tahun.
Selain
sebagai obyek wisata Bakat Binuang juga bisa dikatakan sebagai monumen Selamat
Datang di Desa Sikakap, di mana setiap kapal yang ingin masuk ke Desa Sikakap
pasti terlebih dahulu melewati Bakat Binuang yang terletak di pintu masuk Desa
Sikakap. Bakat
Binuang menjadi salah satu tempat masyarakat Desa Sikakap pergi berlibur baik
hari Minggu, hari raya dan hari Natal untuk menikmati indahnya suasana air
laut, tapi bagi pengunjung yang ingin pergi ke Bakat Binuang harus mengeluarkan
kocek lebih besar karena bagi pengunjung yang tidak memiliki speed boat
terpaksa mencarter. Dengan harga Rp 50.000
pengunjung sudah bisa menikmati objek wisata Bakkat Binuang dengan sepuas-puasnya. Tapi sayang objek wisata
Bakat Binuang belum begitu terawat dengan baik, di mana pengunjung hanya
menjadikan akar pohon ketaping yang muncul kepermukaan tanah sebagai tempat
duduk-duduk,
atau membentangkan tikar di atas kerikil-kerikil putih yang banyak terdapat di objek wisata Bakkat
Binuang,
Di
obyek wisata Bakkat Binuang pengunjung yang ingin melakukan loncat indah, bisa
melakukannya karena ada satu buah pohon ketaping yang condong ke permukaan air laut dengan
kemiringan mencapai 45 derajat, dengan ketinggian 10 meter dari permukaan air
laut, di tempat itu kedalaman air laut
mencapai kedalaman 15 meter, sehingga penerjun tidak merasa ragu-ragu
lagi membuat gayanya sendiri. Konon ceritanya Bakkat Binuang berasal dari
sebuah nama pohon besar terdapat di Bakkat Binuang yang lingkarannya mencapai
mencapai 100 meter dengan ketinggian mencapai 5.000 meter. Di atas pohon
tersebut hiduplah seekor burung garuda yang
setiap bulan mencari korban manusia, yang banyak jadi korban waktu itu
masyarakat daratan Pariaman. Melihat
hal tersebut Anggun Nan Tongga Magek Jabang, pemuda sakti dari Pariaman
berusaha mencari sarang burung garuda tersebut, dengan mengunakan pincalang
atau sering disebut sekarang sampan. Sampailah Nan Tongga ke
Pulau Pagai di mana pada waktu itu Pulau Pagai utara dan pulau Pagai Selatan
masih bersatu.
Singkat
cerita pohon itu ditebangnya. Setelah melakukan penebangan selama satu minggu
maka batang kayu Bakkat Binuang dapat ditebang, karena impitan kayu tersebut
terbentuklah selat yang disebut sekarang Selat Sikakap, maka terpisahlah Pulau
Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan, Ada juga yang mengatakan batang pohon tersebut ditebang
oleh Awang warga Muko-Muko Bengkulu, bahkan ada juga yang mengatakan seorang
warga Tiongkok Cina yang berhasil menebang kayu tersebut, tapi yang mana yang
betul ceritanya sampai sekarang tidak jelas sama sekali. (Andreas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar