PUDARNYA
TRADISI SELANG NANJAK
Indonesia adalah negara yang kaya budaya, setiap
daerah di Indonesia mempunyai budaya yang berbeda-beda, mulai dari pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Bahkan sesama pulau pun
adat dan budayanya sudah berbeda walaupun ada sedikit kemiripan, seperti di
pulau Sumatera, yaitu di Jambi. Dari masing-masing kabupaten di jambi mempnyai
adat yg berbeda. Misalnya di Kabupaten Muaro Bungo yaitu dusun Rantau Panjang,
Kecamatan Jujuhan. Di dusun ini terdapat beberapa tradisi, salah satunya
disebut dengan “Selang Nanjak”.
Selang
Nanjak adalah sebuah acara
penanaman padi secara bersama oleh masyarakat di Rantau Panjang pada musim
hujan. Selang Nanjak merupakan sebuah tradisi yang melambangkan sikap gotong
royong antar masyarakat di dusun Rantau Panjang. Tradisi ini dilakukan secara
turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Diana (19 tahun) mengatakan acara
ini dilakukan selama sahari semalam di
ladang. Tujuannya yaitu untuk menjalin hubungan kejasama, tolong-menolong, dan
persaudaraan, tambahnya.
Acara ini dimulai dengan penebangan kayu. Kayu-kayu
tersebut didiamkan paling lama seminggu (tergantung cuca) setelah daun-daun
dari kayu tersebut kering, daun tersebut dibakar pada siang hari. Kemudian
masyarakat menunggu hingga hujun turun. Setelah itu mereka membuat hudung (pondok). Setelah pondok selesai mereka
memulai acara Selang Nanjak.
Pada malam hari acara ini diisi dengan permainan kartu
remi bagi kaum laki-laki sambil mendengarkan musik daerah Jambi dan musik
dangdut, sedangkan para wanita memasak kueh godok
cakuih untuk persiapan siang harinya. Sebelum acara Nanjak dimulai, semua
masyarakat yang ikut Nanjak padi sarapan bersama di pondok, kemudian bagi yang
laki-laki bersiap untuk menuju ke ladang (tengah
umo). Mereka mulai menanjak
dengan menggunakan kayu yang diruncingi. Menurut Huzaimah (22 tahun), Menanjak di sini maksudnya menanam padi
dengan menggunakan tanjak yaitu kayu
bulat yang ujungnya diruncingi dan ditancapkan ke tanah. Ia menambahkan bahwa
Selang Nanjak ini bertujuan untuk menjalin hubungan silahturahmi,
tolong-menolong, dan bahu-membahu. Sedangkan para wanita yang masih muda
menyusul ke ladang dengan membawa benih, dan memasukkan benih tersebut ke dalam
tanah yang sudah ditanjak para
laki-laki. Sebelum ditanam benih-benih tersebut diberi pupuk agar tidak
diserang serangga. Khoirunas (22 tahun) mengatakan bahwa dalam satu lubang
tanah yang sudah ditanjak tidak boleh terlalu banyak dimasukkan benih karena
benih yang terlalu banyak akan menghasilkan padi yang kurang bagus. Sedangkan
wanita yang sudah agak tua tinggal di pondok untuk memasak bubur ayak dan bubur jerghing
untuk cemilan orang-orang yang bekerja di ladang, serta memasak untuk makan siang
Pada tengah hari mereka beristirahat untuk melepas
lelah, mereka makan bersama di pondok, dan melaksanakan shalat zuhur, setelah
itu mereka beristirahat lagi sambil mengobrol, kemudian melanjutkan bekerja
hingga pukul 17.30 WIB. Setelah itu mereka membersihkan ladang dan pondok.
Untuk acara penutup, si pemilik ladang disiram dengan air sebagai wujud
kegembiraan karena sudah selesai penanaman padinya, kemudian mereka pulang ke
rumah masing-masing.
Huzaimah, sangat merindukan tradisi ini, ia mengatakan
ingin kembali merasakan kebersamaan dan saling tolong-menolong serta
bahu-membahu antar sesama anggota masyarakat, namun sayang tradisi ini sudah
punah, sudah tidak ada lagi yang melestarikan budaya ini, karena perubahan
zaman dan perkembangan teknologi.
DOMINO QIU QIU | CAPSA SUSUN | BANDAR CEME | LIVE POKER
BalasHapusUntuk Minimal Deposit :: Rp 10.000,-
Untuk Minimal Withdraw :: Rp 25.000,-
Poker Online
DominoQQ
Ceme Online
Ceme Keliling
Capsa Susun
Omaha
Super10
Bandar Judi Online Deposit Pakai Pulsa HP
Hubungi Kami
http://165.22.51.220
Liechat : PokerAyam
Whatsapp : PokerAyam