Otobiografi
Mohan Dasril
Mohan Dasril dilahirkan di Teluk
Bayur, Padang pada Selasa, 22 Juli 1990 pukul 11.00 WIB. Anak dari pasangan Yuliarnis dan Syahrul ini
merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia mempunyai seorang kakak
laki-laki dan dua orang adik perempuan. Dai, begitu panggilannya akrabnya, menuntaskan wajib belajar 9 tahun di Sekolah
Dasar Negeri Komplek Teluk Bayur No. 06 Teluk Bayur (2003), Sekolah Menengah
Pertama Negeri 6 Pangambiran (2006), Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Mata Air
(2009), dan sekarang berstatus sebagai mahasiswa semester V program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat, Padang (2009-sekarang).
Beberapa prestasi akademis yang pernah diraih oleh laki-laki yang sekarang berkediaman di kawasan Pampangan, Lubuk Begalung ini diantaranya selalu mendapatkan peringkat tiga besar selama menempuh pendidikan dasar (SD) dan menjadi juara umum di SD dan SMP pada angkatannya. Namun prestasi itu tidak dapat lagi diraihnya hingga sekarang, kecuali Indeks Prestasi (IP) di kampus yang masih dapat dipertahankannya di atas rata-rata hingga sekarang. Prestasi yang diraihnya di luar bidang akademis terbilang sedikit, kecuali selalu dipercaya untuk menjadi anggota OSIS dan menjadi ketua kelas berturut-turut semasa sekolah, ketua remaja masjid, ketua kelompok pecinta alam SMA, dan sering kali menjadi duta sekolah untuk mengikuti berbagai lomba dan kegiatan.
Beberapa prestasi akademis yang pernah diraih oleh laki-laki yang sekarang berkediaman di kawasan Pampangan, Lubuk Begalung ini diantaranya selalu mendapatkan peringkat tiga besar selama menempuh pendidikan dasar (SD) dan menjadi juara umum di SD dan SMP pada angkatannya. Namun prestasi itu tidak dapat lagi diraihnya hingga sekarang, kecuali Indeks Prestasi (IP) di kampus yang masih dapat dipertahankannya di atas rata-rata hingga sekarang. Prestasi yang diraihnya di luar bidang akademis terbilang sedikit, kecuali selalu dipercaya untuk menjadi anggota OSIS dan menjadi ketua kelas berturut-turut semasa sekolah, ketua remaja masjid, ketua kelompok pecinta alam SMA, dan sering kali menjadi duta sekolah untuk mengikuti berbagai lomba dan kegiatan.
Andiko penggila sepakbola dan musik
cadas ini, selain perempuan sederhana bermata coklat dan bertubuh mungil, ia
juga sangat menyukai film dari semua genre (kecuali film horor dalam negeri). Baginya,
sepakbola, musik, dan film adalah suatu kesatuan pengisi kesenangan hati yang
selalu memberikan inspirasi. Walaupun sholat tetaplah menjadi pengisi batinnya
yang terutama. Ia juga senang berdiskusi dan berdebat dengan semua orang dari
semua kalangan. Dalam hal berdebat ia selalu mempunyai prinsip yang penting berdebat dulu, masalah benar atau
tidaknya, bermanfaat atau tidaknya itu urusan belakangan, setidaknya dapat
menjadi hiburan bagi diri. Laki-laki berzodiak cancer ini menyukai masakan
pedas dan minuman sehat yang manis-manis. Selalu mengambil kesempatan untuk
menatap ke ufuk timur ketika matahari terbit dan ke barat ketika matahari
terbenam adalah kesenangannya yang lain. Selain orang yang selalu meminta
pengertian tetapi tidak mau mengerti orang lain, ia paling tidak suka kalau
harus meminum obat yang pahit meskipun sakit yang dideritanya sudah parah. Laki-laki
berambut ikal ini juga mempunyai kebiasaan yang terkadang aneh. Apabila dalam
keadaan marah, ia lebih suka meredakan amarah dengan makan sebanyak-banyaknya.
Ia dapat menonton televisi selama 24 jam nonstop. Ataupun, ia terbiasa begadang
dan tidak tidur selama beberapa hari. Daam hidupnya, ia hanya menyenangi tiga
macam warna yaitu hitam, abu-abu, dan putih. Hingga hampir semua pakaiannya
hanya berwarna tiga macam itu saja.
Menjalani
setiap hari dengan benar dan kalaupun bisa ingin selalu berbuat baik kepada
setiap orang adalah
moto hidup pengidola grup band Linkin Park dan Semen Padang Football Club ini.
Bagi laki-laki bermata sayup dan berkulit sawo matang ini., hidup itu tidak
hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang Tuhan, keluarga, sahabat, dan masyarakat. Namun,
hal yang menjadi pertanyaan terbesar dalam hidupnya bukanlah tentang tujuan
hidup, arti hidup, politik, kaya-miskin, atau Tuhan, tetapi arti dari namanya,
Mohan Dasril. Ia tidak pernah tahu arti namanya, orang tuanya pun begitu.
Satu-satunya orang yang tahu adalah perempuan tua yang memberikan nama itu,
namun perempuan itu sendiri tidak diketahui lagi dimana keberadaannya.
Laki-laki rokokholic yang hampir saja menjadi pemuda antikemapanan ini selalu mengutamakan
keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitarnya melebihi keutamaan terhadap
dirinya sendiri. Entah itu merupakan
kelemahan atau kelebihannya, ia pun tidak tahu. Bagi keluarga dan dirinya,
selain pendidikan, taqwa dan berbuat baik dalam hidup adalah keutamaan.
Sifatnya yang lebih suka diam ketika ada masalah atau terkadang emosi yang
meledak-ledak sering membuatnya salah paham dengan orang-orang sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar